Mahasiswa Yudisium STIE AMM Harus Berpikir Secara Rasional
Oleh: Dr. H. Umar Said, SH., MM. (Ketua STIE AMM)
Dalam rangka menyudisium lulusan STIE AMM kami menyampaikan kepada para lulusan, sebagaimana Perguruan Tinggi yang utamanya terdapat di daerah NTB, tidak kurang dari 53 Perguruan Tinggi mempunyai ciri masing-masing. Walaupun memiliki program studi yang relatif sama, tetapi terdapat banyak perbedaan di dalam muatan lokalnya yang bersifat ekstra kurikuler.
STIE AMM Mataram yang awalnya dibina oleh Universitas Mataram, sejak tahun 1983 untuk beberapa periode telah banyak meluluskan Sarjana Muda dan Sarjana. Dari hasil penelitian yang dilakukan secara sederhana, diketahui bahwa sebagian besar alumni STIE AMM telah membangun lapangan pekerjaannya sendiri, di samping itu juga terdapat alumni yang mengabdi melalui birokrasi (Pemerintah).
Agar dimaklumi bahwa langkah-langkah pendidikan yang ditanamkan kepada mahasiswa sewaktu berada di kelas agar mereka tidak selalu menggantungkan diri pada lapangan pekerjaan yang ada pada pemerintah sungguh hasilnya cukup menggembirakan.
Langkah yang dimaksud adalah agar setiap mahasiswa yang menimba ilmu pada STIE AMM akan terbentuk suatu keyakinan. Dimana keyakinan ini adalah suatu keadaan pikiran yang biasanya dikembangkan oleh mahasiswa sesuai dengan kemauannya setelah mereka menguasai suatu ilmu sehingga timbul rasa percaya diri.
Untuk menuju kepada kepercayaan dirinya, maka terdapat beberapa hal yang harus disadari untuk dapat secara berpikir rasional:
- Pertama-tama ia harus menyadari bahwa dirinya memiliki suatu kemampuan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan di dalam hidup yang ia miliki, dengan demikian ia akan terus melangkah untuk mencapai tujuan yang ada di dalam kalbunya.
- Menyadari pikiran yang menguasai pemikirannya, sehingga memproduksi suatu tindakan dan kekuatan secara lahiriah serta berangsur-angsur merubah diri menjadi realita fisik. Dengan demikian mereka mampu memusatkan pikirannya untuk beberapa agar dapat melakukan tugas yang merupakan kewajibannya sebagai mahasiswa STIE AMM.
- Disadari bahwa dengan prinsip-prinsip sugesti pribadi mahasiswa, maka setiap keinginan dengan teguh dapat dipertahankan dalam pikirannya yang akhirnya membantu mencapai tujuan. Dengan demikian maka ia membuktikan dirinya sendiri berhasil.
- Dalam kondisi dewasa ini cukup banyak para mahasiswa STIE AMM mengalami dampak gempa bumi yang berturut-turut. Hal ini terutama membuat mereka menjadi trauma, meskipun demikian mereka tetap harus berpikir rasional bahwa gempa adalah fenomena alam yang merupakan kehendak Allah SWT.
Untuk menghadapi kondisi yang demikian, maka seluruh staf dan dosen pada STIE AMM mengadakan komunikasi serta beraudensi mengenai gempa yang merupakan peristiwa alam yang tiada seorangpun di dunia dapat menahannya.
Meskipun terdampak gempa pada fisik bangunan STIE AMM, syukur Alhamdulillah secara struktur bangunan lantai 4 STIE AMM masih di pandang layak. Hanya saja terdapat retakan pada dinding di beberapa titik. Bangunan yang sedang dalam proses pengerjaan dengan pemakaian bata di rencanakan akan di ganti dengan gypsum plus berbahan ringan anti gempa. Dalam pengerjaannya kami meminta kepada para ahli untuk dapat dicek kondisinya.
Membaca harian umum Suara NTB tanggal 27 Agustus 2018, disebutkan dalam pemberitaannya bahwa NTB mendatangkan ahli dari Australia untuk memeriksa kerusakan gedung pemerintah. Maka kami bertanya pada dosen-dosen di STIE AMM apakah tidak ada ahli konstruksi, geodesi, arsitek dan ahli gempa di Indonesia sehingga kita harus mendatangakannya dari luar negeri?
Untuk itu kami teringat tentang penemuan konstruksi, sosrobahu (trifugal) oleh sarjana Indonesia Prof. Dr. Sutomo yang diakui dunia, sehingga sampai saat ini bangsa Indonesia diakui kehebatannya dalam hal rancang bangun. Apalagi dalam hal memeriksa bangunan terdampak gempa, para ahli yang terhimpun dalam Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) akan lebih mampu untuk itu. Bahkan proyek di luar negeri banyak mempekerjakan tenaga ahli rancang bangun dari Indonesia, hanya saja pemberitaannya yang jarang terekspos di media.
Tetapi mungkin dimaksudkan dalam rangka meyakinkan dunia bahwa NTB yang mengalami gempa tektonik tidak berdampak pada obyek wisata. Hal ini cukup menarik, sebab pariwisata adalah prospek yang sangat menjanjikan dan menjadi andalan nomor wahid. Oleh karena itu kalau tidak direncanakan untuk segera ditangani, tentu akan menjadi beban bagi kehidupan masyarakat NTB. Sebab sektor-sektor yang lain diperkirakan belum dapat membuat masyarakat NTB terlepas dari kemiskinan.
Diakui bahwa dampak gempa di NTB, utamanya Lombok Utara sangatlah besar. Kalau dahulu sewaktu berada pada tingkat SMP kita telah mengenal gempa yang terdiri dari tiga macam meliputi: gempa tektonik (lempengan kerak bumi), vulkanis (gunung berapi dengan dua sirkum) yaitu sirkum mediteranian dan sirkum pasifik, dan tanah runtuh.
Gempa tektonik dipandang sangat membahayakan, sehingga apa yang di alami saat ini adalah bagaimana meneliti dan mengawasi objek wisata yang telah ada. Salah satu objek wisata tersebut adalah Mandalika yang masuk ke dalam 10 destinasi wisata dunia, yaitu di antaranya masing-masing: Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Tanjung Lesing, Borobudur, Bromo, Tengger, Semeru, Mandalika di luar Pulau Bali.
Prospek ini sangat menjanjikan sebab masih besar peluang yang dapat kita kembangkan yaitu belum digarapnya di NTB secara menyeluruh pasar wisata muslim. Sebab modal yang sangat mendasar bahwa masyarakat NTB 90% adalah muslim, sehingga sangat mungkin untuk terjadi. Sedangkan langkah-langkah yang telah dilakukan pemerintah sebelumnya adalah masalah makanan halal dan bank syariah yang mengarah kepada wisata muslim.
Adapun hal lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai pengaturan tempat shalat yang berkontruksi tahan gempa, mengingat baru saja NTB merasakan gempa yang bertubi-tubi. Nyatanya kalau dibandingkan dengan masyarakat di pulau Sumatera seperti kota Padang apabila telah terjadi gempa, maka masyarakatnya berduyun-duyun bersegera sholat di masjid untuk berdoa dan melakukan solat taubat. Hal ini terjadi karena di kota Padang penduduknya berpengalaman dengan gempa, sehingga kekuatan konstruksi masjidnya dalam menahan gempa sudah dihitung.
Tetapi lain halnya di Pulau Lombok (NTB), setelah gempa malah masyarakatnya justru meninggalkan masjid dan tidak berani datang karena khawatir akan runtuh. Karena NTB jarang terjadi gempa maka konstruksi bangunan masjidnya pun tidak anti gempa, sehingga mudah mengalami kerusakan yang cukup membahayakan.
Demikian diharapkan agar para lulusan STIE AMM Mataram akhirnya mampu berpikir secara rasional dalam menyikapi setiap keadaan.